I’sy KARIMAN AW MUT SYAHIDAN
I’sy Kariman aw mut syahidan diartikan sebagai hidup mulia atau mati syahid. Pengertian ini mengacu pada tujuan hidup kita berikut tugas kita sebagai khalifah Tuhan dimuka bumi ini. Artinya dengan tujuan hidup kita adalah menyembah padaNya dengan tugas hidup menjaga agama (hasarat al din) dan menjaga dunia (siasat al dun-ya) itu adalah perbuatan-perbuatan mulia. Karena didalam hidup ini kita melakukan pekerjaan/perbuatan mulia, maka hidup kita menjadi mulia (i’sy kariman). Dan, karena kemuliaan inilah mengantarkan kita untuk mendapatkan mati syahid (mutsyahidan). Jadi sejatinya pilihan hidup kita hanya satu, yaitu hidup mulia atau mati syahid. Pilihan ini menghendaki kita harus selalu berada dijalan Allah (fisabilillah) untuk melakukan perintahnya dan meninggalkan segala laranganNya.
Manusia sebagai hamba Allah termasuk orang yang dimuliakanNya (baca : Walaqadkarramna bani Adam) (sungguh telah kami muliakan anak adam) sebagai makhluk mulia diminta untuk melakukan sesuatu yang mulia sembari menghindari hal-hal yang merusak kemuliaan manusia. Ketika manusia berbuat sebagaimana tersebut diatas, maka sejatinya dia telah hidup mulia (I’sy Kariman). Persoalan yang paling berat adalah bagaimana mempertahankan kemuliaan ini secara berkelanjutan (sustainable – istiqamah). Tentu kita secara pribadilah yang paling mengetahui apakah berat tidaknya kita beristiqamah dalam kemuliaan ditengah pengaruh setan global ini.
Bagi yang merasa berat maka dapat dikategorikan seperti kalah sebelum berperang, alias menyerah sebelum berjuang melawannya. Orang-orang seperti ini sepanjang hidup mereka terus mengalami perbudakan dunia diatas kepentingan syahwat jeleknya. Mereka bagaikan bangkai yang sedang berjalan tanpa tujuan atau arah yang pasti. Kesempatan buat mereka seperti ini hanyalah peluang untuk melampiaskan syahwat jelek yang ujung-ujungnya “menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan”. Mereka bagaikan ahli neraka sebelum masuk neraka yang sebenarnya. Mereka sepertinya tidak pernah sadar bahwa yang diperbuat itu hanyalah mengantarkanya kedalam neraka. Mereka sudah tidak berfikir dan menyadari bahwa dibalik kehidupan nyata ini masih ada kehidupan ghaib (hari akhir). Dan kehidupan ghaib ada pertanggungan jawab atas segala karunia – nikmat yang telah diperolehnya. Orang-orang seperti inilah yang disebut sebagai manusia yang sia-sia dalam kehidupan ini. Dan kalau mereka tidak kembali ke jalan yang benar sampai akhir hayat, maka pastikan bahwa mereka tidak memperoleh mati syahid. Atau dengan bahasa lain mereka seperti akan memperoleh akhir kematian yang buruk (su’al khatimah) mereka seperti inilah yang digambarkanAllah dalam Al-qur’an : “Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang beriman mereka mengatakan : Kami telah beriman, dan apabila mereka kembali pada syaitan-syaitan mereka mengatakan : sesungguihnya kami sependirian dengan kamu (syaitan), kami hanyalah berolok-olok (QS:Al-baqarah :14). Gambar manusia seperti firman Allah tersebut di zaman ini sungguh sangat banyak, dan inilah biangnya penyebab kehancuran agama dan peradabannya.
Kita orang-orang beriman jangan sampai meniru apalagi menjadikan kebiasaan terhadap gaya hidup mereka. Oleh karena menjaga kemuliaan hidup adalah suatu keniscayaan (wajib). Sehingga pada saatnya nanti bila ajal tiba, maka pastikan kita telah mendapat husn’al khatimah (akhir ajal yang baik) sekaligus memperoleh gelar mati syahid (mut syahidan). Maka tugas kita adalah bagaimana menjaga dan merawat perbuatan mulia sampai akhir hayat. Semoga kita bisa.
Post Comments