POSITIVE THINGKING
Positive thingking atau berfikir positif itu merupakan bagian dari aktifitas kehidupan yang tidak boleh dianggap sepele. Disebut demikian karena didalamnya tersimpan potensi rohani yang luar biasa untuk hidup sukses. Banyak orang sukses meraih kualitas hidup yang membahagiakan karena memanfaatkan positive thingking secara optimal. Demikian pula sebaliknya. Positive thingking dalam padanan dengan bahasa Arab lazim disebut “husn al-dzan” berbaik sangka dengan berfikir positif. Diketahui orang yang memiliki potensi ini secara kejiwaannya hidup lebih tenang ketimbang mereka yang tidak memilikinya. Dari jiawa yang tenang maka lahirlah berbagai inspirasi, kreasi dan motivasi untuk meraih sukses. Artinya mereka yang berfikir positif selalu terbuka hati dan fikiran bagaimana memanfaatkan sisa usianya untuk meraih sukses dan memberi manfaat terhadap sesama. Itulah tipe manusia yang paling beruntung didalam kehidupan ini. Sebab didalam fikiran mereka tidak terlintas sedikitpun sibuk mengurus aib orang lain kecuali sibuk melakukan muhasabah terhadap dirinya sendiri. Terhadap persoalan ini KH. Bisri Musthafa Sastrawan kenamaan pernah mengatakan bahwa : untuk meraih sukses maka bawalah selalu dua cermin kemanapun kita pergi : satu cermin untuk melihat kelebihan orang lain, dan cermin satunya untuk melihat kelemahan diri sendiri. Maka yang ada hanyalah berupaya mengikuti kelebihan orang lain dan menghargainya, serta kesadaran diri untuk mengakui kelemahan diri sendiri dan memperbaikinya. Dengan demikian potensi diri menjadi lebih positif sebagai instrumen untuk melakukan hal-hal yang lebih baik/lebih sukses.
Memang positive thingking atau husn al-dzan ini bukan perkara mudah untuk mendapatkannya. Persoalannya adalah kita “mau atau tidak” memperolehnya. Mereka yang mau tentunya mudah untuk memperolehnya walaupun rintangan yang menghadangnya juga tidak kecuali. Bagi mereka yang tidak, tentunya juga ada konsekwensi logisnya. Yaitu siap menghadapi konflik batin yang tidak kunjung selesai berikut dampak negtaif yang terjadi karenanya. Ini akan halnya menggali lubang untuk menguburkan diri sendiri, padahal kesempatan untuk memperbaiki diri masih terbuka luas.
Kita sering tidak jujur menilai orang lain dan juga tidak jujur menilai diri sendiri. Pada orang lain betapapun ada kekurangan dan kesalahan, tetapi juga ada kelebihan dan kebaikannya pada sisi lain. Demikian pula pada diri sendiri, kendatipun banyak kelebihan, tetapi juga ada kekurangan dan kesalahan. Ketika kita berburuk sangka atau berfikir negatif pada orang lain sepertinya kita paling suci dan sempurna ketimbang orang lain, padahal kita demikian.
Maka merubah mindset dari berfikir negatif menuju berfikir positif adalah satu keniscayaan. Mengapa Demikian? Jawabnya sederhana saja, yaitu kita butuh hidup selamat dunia akhirat sebagaimana doa yang sering dipanjatkan pada sang Khaliq Pencipta Alam Semesta : “Rabbana atina … (baca doa sapu jagat). Jadi sejatinya positive thingking atau husn al-dzan itu merupakan salah satu jalan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sekarang tinggal kita mau dan belajar untuk memulainya sampai menjadi satu kenbiasaan baik dalam kehidupan ini. Semoga kita bisa.
Post Comments