Home » Artikel » SUARA KEBENARAN

SUARA KEBENARAN

30 January 2014

images (3)Dapat dipastikan bahwa suatu daerah akan penuh dengan hiruk pikuknya perilaku asusila dan asosial itu karena suara kebenaran dianggap sebagai lagu murahan. Atau setidaknya masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Padahal  kalau dihayati arti suara kebenaran itu sesungguhnya akan membawa perbaikan dan kebaikan bersama jika mematuhinya. Sebaliknya, mengabaikannyapun akan memperkeruh keadaan akibat merajalelanya perilaku asosial yang asusila. Ujung-ujungnya adalah masyarakat tidak bersalah/berdosapun akan menjadi korbannya.

 Suara  kebenaran adalah pantulan dari agama yang diredaksikan melalui susunan kalimat yang bermakna, baik melalui lisan, tulisan maupun aksi nyata dalam kebaikan. Artinya agama melalui perantaraan lisan  dan perbuatan manusia ingin memberikan suatu yang terbaik buat kehidupan manusia. Akan tetapi kebanyakan  manusia tidak  meresponnya  secara baik dan benar. Bahkan sering terjadi  sebaliknya. Karenanya kita bisa dimengerti mengapa kecenderungan manusia ingin hidup bebas tanpa batas menunjukan peningkatan, kuantitas maupun kualitas. Maraknya sikap asusila dan asosial merupakan salah satu dari indikasi bahwa kecenderungan hidup bebas meningkat. Dan ini merupakan satu penyakit  sosial yang membahayakan karena akan membuat penderitaan  secara kolektif/bersama. Untuk itu diperlukan kesadaran bersama untuk mendengar dan menaati suara kebenaran tersebut agar dapat menyembuhkan penyakit sosial yang berbahaya itu. Hal ini menjadi sangat penting karena akan memberikan jaminan keselamatan, kenyamanan sekaligus harmonisasi  dalam kehidupan bermasyarakat.

Pertanyaannya adalah apa maunya suara kebenaran itu? Jawabnya tersimpul dalam suara Azan khususnya pada dua kalimat: Hayya a’la alsholat, hayya a’la alfallah: marilah sholat, marilah menjadi untung/pemenang. Kalimat Azan tersebut diperdengarkan  oleh para muazin di pelosok desa maupun d kota-kota besar. Artinya panggilan untuk menegakkan  sholat dan panggilan untuk menjadi pemenang itu  adalah sebaik-baiknya seruan yang segera ditunaikan. Sehingga dalam putaran waktu  yang terus berjalan ini keberadaan kita dalam lingkaran kebaikan, tidak dalam lingkaran setan. Disinilah sebabnya mengapa Allah Swt memerintahkan kita untuk selalu berbuat yang benar setelah mendengar kebenaran, dan melarang kita mencampuradukkan kebenaran dan kebatilan (kepalsuan) dan menyembunyikan  kebenaran sedangkan kita mengetahui  kebenaran tersebut. (baca QS: Al Baqarah: 42) Makna yang terkandung dalam ayat tersebut  adalah  kita menjadi manusia yang baik dengan menegakkan kebenaran seraya mengabaikan kebatilan/kepalsuan. Caranya iyalah  harus membedakan, mana yang hak dan mana  yang batil. Ukuran membedakan   hal tersebut adalah norma-norma agama bukan norma buatan manusia, apalagi manusia yang tidak mengerti  agama. Ini harus kita lakukan  senyampang masih mempunyai  waktu untuk hidup. Dan jangan pernah merasa terlambat kendatipun  sudah berusia lanjut (at sunset) Yang penting bagi kita adalah  bagai merealisasikan  suara kebenaran itu dalam bentuk nyata kini dan akan datang.Sebab apa yang terjadi sesudah itu tidak ada satu manusiapun bisa mengetahuinya. Buat kita adalah menyongsong hari-hari dalam kehidupan kita dengan aktivitas kebaikan (amal shalih). Karenanya beriman dalam format sekedar wacana sudah harus  berubah menjadi wacana yang terbukti. Atau dengan pengertian lain beriman tanpa amal shalih harus dirubah menjadi beriman dengan beramal shalih. Dan keduanya harus tetap menyatu dan mengintegrasi dalam setiap tinggkah laku kita. Dengan demikian maka sampailah kita pada satu kehidupan baru yang menjanjikan kebaikan dan kebahagiaan, Itulah esensi hidup kita yang sebenarnya.

Artikel