SUARA KEBENARAN
Dapat dipastikan bahwa suatu daerah akan penuh dengan hiruk pikuknya perilaku asusila dan asosial itu karena suara kebenaran dianggap sebagai lagu murahan. Atau setidaknya masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Padahal kalau dihayati arti suara kebenaran itu sesungguhnya akan membawa perbaikan dan kebaikan bersama jika mematuhinya. Sebaliknya, mengabaikannyapun akan memperkeruh keadaan akibat merajalelanya perilaku asosial yang asusila. Ujung-ujungnya adalah masyarakat tidak bersalah/berdosapun akan menjadi korbannya.
Suara kebenaran adalah pantulan dari agama yang diredaksikan melalui susunan kalimat yang bermakna, baik melalui lisan, tulisan maupun aksi nyata dalam kebaikan. Artinya agama melalui perantaraan lisan dan perbuatan manusia ingin memberikan suatu yang terbaik buat kehidupan manusia. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak meresponnya secara baik dan benar. Bahkan sering terjadi sebaliknya. Karenanya kita bisa dimengerti mengapa kecenderungan manusia ingin hidup bebas tanpa batas menunjukan peningkatan, kuantitas maupun kualitas. Maraknya sikap asusila dan asosial merupakan salah satu dari indikasi bahwa kecenderungan hidup bebas meningkat. Dan ini merupakan satu penyakit sosial yang membahayakan karena akan membuat penderitaan secara kolektif/bersama. Untuk itu diperlukan kesadaran bersama untuk mendengar dan menaati suara kebenaran tersebut agar dapat menyembuhkan penyakit sosial yang berbahaya itu. Hal ini menjadi sangat penting karena akan memberikan jaminan keselamatan, kenyamanan sekaligus harmonisasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Pertanyaannya adalah apa maunya suara kebenaran itu? Jawabnya tersimpul dalam suara Azan khususnya pada dua kalimat: Hayya a’la alsholat, hayya a’la alfallah: marilah sholat, marilah menjadi untung/pemenang. Kalimat Azan tersebut diperdengarkan oleh para muazin di pelosok desa maupun d kota-kota besar. Artinya panggilan untuk menegakkan sholat dan panggilan untuk menjadi pemenang itu adalah sebaik-baiknya seruan yang segera ditunaikan. Sehingga dalam putaran waktu yang terus berjalan ini keberadaan kita dalam lingkaran kebaikan, tidak dalam lingkaran setan. Disinilah sebabnya mengapa Allah Swt memerintahkan kita untuk selalu berbuat yang benar setelah mendengar kebenaran, dan melarang kita mencampuradukkan kebenaran dan kebatilan (kepalsuan) dan menyembunyikan kebenaran sedangkan kita mengetahui kebenaran tersebut. (baca QS: Al Baqarah: 42) Makna yang terkandung dalam ayat tersebut adalah kita menjadi manusia yang baik dengan menegakkan kebenaran seraya mengabaikan kebatilan/kepalsuan. Caranya iyalah harus membedakan, mana yang hak dan mana yang batil. Ukuran membedakan hal tersebut adalah norma-norma agama bukan norma buatan manusia, apalagi manusia yang tidak mengerti agama. Ini harus kita lakukan senyampang masih mempunyai waktu untuk hidup. Dan jangan pernah merasa terlambat kendatipun sudah berusia lanjut (at sunset) Yang penting bagi kita adalah bagai merealisasikan suara kebenaran itu dalam bentuk nyata kini dan akan datang.Sebab apa yang terjadi sesudah itu tidak ada satu manusiapun bisa mengetahuinya. Buat kita adalah menyongsong hari-hari dalam kehidupan kita dengan aktivitas kebaikan (amal shalih). Karenanya beriman dalam format sekedar wacana sudah harus berubah menjadi wacana yang terbukti. Atau dengan pengertian lain beriman tanpa amal shalih harus dirubah menjadi beriman dengan beramal shalih. Dan keduanya harus tetap menyatu dan mengintegrasi dalam setiap tinggkah laku kita. Dengan demikian maka sampailah kita pada satu kehidupan baru yang menjanjikan kebaikan dan kebahagiaan, Itulah esensi hidup kita yang sebenarnya.
Post Comments